Cari Blog Ini

Jumat, 31 Maret 2017

Sabuk hitam kehidupan

Putih adalah pemula, hitam adalah piawai.
Warna hitam berawal dari warna putih yang sudah terkena debu, kotoran, tanah, keringat, bahkan darah, dan ini adalah proses yang berjalan bersama kehidupan, pengembangan kapasitas diri hingga masuk ke dalam tahap piawai.

Sebenarnya kesalahan dan kegagalan adalah satu paket keberhasilan atau kesuksesan. Masalanya banyak orang yang tidak suka gagal, menghindari gagal sehingga proses-proses belajar untuk memiliki sabuk hitam terhambat.

Kepiawaian adalah tahapan logis dari menyadari dan memahami, setelah aku tahu (sadar) aku salah atau gagal, kemudian aku memahaminya (letak kesalahan dan tidak perlu mengulanginya), aku akan mencoba masuk ke tingkat piawai. Mulailah sabuk yang putih berubah warna.

Berbicara tentang karakter, maka berbicara tentang kehidupan yang terus mau belajar dan dibentuk hingga kita piawai dalam menjalaninya. Proses pembentukan karakter itu bertahap, ada proses yang dijalani dan ada hasil yang mengikuti.

Saat belajar naik sepeda, tantangan dan kenikmatannya berbeda dengan naik sepeda motor. Saat bisa mengendarai sepeda motor, maka itu berbeda pula saat mengendarai mobil. Tingkat pengertian, pemikiran dan pengendalian emosi saat naik sepeda, sepeda motor dan mobil juga berbeda. Semuanya butuh proses dalam belajar dan ada tantangannya sendiri.

Saat aku sedang ingin belajar sabar, maka ada tantangan yang bertahap. Bisa saja proses itu dimulai belajar antri dan menghormati antrian orang lain, menahan amarah dengan sesama dan berusaha bicara sopan, belajar menunggu jawaban atau hasil yang kita harapkan, berpikir realistis, belajar menemukan penyekesaian masalah yang ditemui, dan ada banyak lagi proses. Semua itu bertahap.

Dan aku, alhamdulillah dianugerahi oleh Yang Maha Kuasa dengan akal dan pikiran. Sejatinya itu lah perbedaan kodrati antara manusia dan binatang. Dengan begitu, aku akan menggunakan akal dan pikiran ku untuk berproses mencapai sabuk hitam, merubah warna putih menjadi hitam.
Jika pikiran mati, raga hidup analoginya adalah mayat hidup. Aku tidak akan menjadi mayat hidup yang berkeliaran di dunia.

Untuk hal-hal kecil saja, aku yakin setiap orang akan menggunakan akal pikirannya. Contoh sederhananya saat kita menulis di kertas dengan pensil dan ternyata ada salah tulis atau ada huruf yang terlupakan. Siapapun itu, pasti akan menggunakan pikirannya untuk memperbaiki tulisannya. Perbaikan tulisan butuh proses. Prosesnya adalah mencari karet penghapus dan menghapus tulisan yang salah. Untuk menemukan dan menjalankan proses itulah pikiran digunakan.

Simpan kata-kata ini dalam pikiran Anda
"Ujian Menentukan Kualitas"

©at1ë>jambi2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar